Kesan-kesan dari mantan mahasiswa AR ITB
Pak Hasan Poerbo saya kenal terutama lewat kuliah mengenai permukiman dan perkotaan di pertengahan tahun 80-an. Setiap kali menyaksikan beliau bicara di depan kelas, suasana hati seringkali terasa damai dan tenteram. Teori-teori dan contoh studi kasus yang disampaikan beliau selalu dikemas dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Cerita mengalir bak sungai yang deras namun tidak menghanyutkan. Kadangkala malah terasa lamban, namun sesungguhnya sarat dengan muatan filsafat. Enak untuk dijelajahi dalam pikiran yang masih sedang belajar. Namun dibalik kedamaian dan kebersahajaan beliau, sayapun dapat merasakan sebuah keteguhan dan kekokohan pandangan beliau mengenai kota, perumahan dan permukiman, bagaimana sebuah lingkungan binaan seharusnya direncanakan,dikembangkan, dan dikelola.
Kisah yang masih melekat dalam kenangan saya adalah mengenai kesaksian beliau --pada salah satu kuliah--saat terlibat dalam sebuah tim yang akan mengubah kebijakan pembangunan di Jakarta. Perubahan arah orientasi pembangunan utara-selatan diubah menjadi timur-barat, diciptakan melalui goresan spidol. Beliau dengan nada geli mengatakan bahwa perencanaan kota telah dibuat dengan cara spidolisasi (!). Seingat saya beliau memang kurang sependapat dengan kemunculan para perencana kota (baca:planolog) yang tidak atau kurang memiliki dasar-dasar ilmu arsitektur.
Pada Pak Hasan Poerbo tentunya saya sangat berhutang budi. Kuliah-kuliah beliau yang bernuansa sosial, kerakyatan, keberpihakan pada yang kecil dan lemah, sangat mempengaruhi cara berpikir saya mengenai arsitektur dan perkotaan hingga saat ini.
Mahasiswa AR'81
08381069
note : terimakasih banyak atas kesan-kesannya, sangat mengharukan..